Pengalaman Khitan/Sunat di BWCC Bintaro

So yesterday sebenarnya. Karena ini adalah pengalaman kami di pertengahan tahun lalu. Namun rasa-rasanya, menuliskan peristiwa ini di blog akan menjadi kenangan untuk dibaca-baca kembali suatu saat nanti, entah oleh kami orangtuanya atau si bocah di masa depan.

Jadi waktu itu pertengahan Juni 2021, tepat sebelum badai covid varian delta menghantam Indonesia. Agha, anak ketiga kami sekaligus putra pertama di keluarga kami tiba-tiba berkali-kali bilang minta sunat. Awalnya kami pikir pengaruh nonton Upin Ipin episode sunat berjudul “Sakit Ke?” (mamak2 pasti hafal tontonan ini 🤣). Maklum, semenjak pandemi melanda dan bocah banyak berdiam di rumah, tak dapat dipungkiri tontonan salah satunya Upin-Ipin menjadi makanan sehari-hari mereka. Jadi wajar ketika di awal Agha mengatakan ingin sunat, kami berpikiran itu hanya keinginan selewat semata. Namun rupanya kenyataan berkata lain. Agha benar-benar serius ingin disunat, dalam waktu dekat. Bahkan kalau bisa, saat itu juga.

Maka kemudian kami mencoba mencari informasi sebanyak mungkin mengenai sunat di sekitaran Bintaro. Setelah browsing dan diskusi dengan beberapa senior yang telah berpengalaman menyunatkan anaknya, kami memutuskan untuk menggunakan bipolar technology, yang salah satunya digunakan oleh klinik sunatan.com (silakan klik untuk informasinya). Sebenarnya hal lain yang juga menjadi penambah yakin keputusan ini adalah, sekian tahun lalu saya juga pernah menggunakan teknologi yang sama untuk operasi hemoroid, dan kebetulan saya melakukan tindakan tersebut di Surgy Medika, klinik yang dimiliki oleh dokter yang sama dengan pengagas sunatan.com tersebut.

Singkat cerita, kami menghubungi sunatan.com untuk appointment dan ternyata jadwalnya sudah penuh untuk saat itu. Kebetulan menjelang musim libur sekolah, jadi yang lain juga sudah mengincar waktu tersebut sebagai saat yang tepat untuk menyunatkan anaknya. Akhirnya saya teringat saat itu klinik BWCC Bintaro pernah menuliskan di sosmednya bahwa salah satu layanan yang disediakan adalah sirkumsisi/sunat dan kok ya kebetulan bekerja sama dengan sunatan.com. Ya sudah, akhirnya pada 13 Juni 2021 sekitar pukul 4 sore, Agha mendapatkan slot untuk tindakan sunat di klinik BWCC Bintaro.

Sebelum tindakan, berpose dulu ala bapak-bapak PNS. Hari itu ada kakak nomor 1 yang ikut menemani Agha.

Sebelum sampai lokasi, saya kembali mencoba mengobrol dengan Agha. Bahwa Agha sudah memutuskan, ibu dan ayah sudah appointment, maka Agha tidak boleh mundur. Harus berani. Perkara sakit, kami tidak berbohong bahwa sunat tidak sakit. Kami sampaikan, nanti akan ada momen ketika Agha disuntik bius, dan namanya disuntik dengan jarum pasti ada nyeri yang dirasa. Namun suntikan tersebut dibutuhkan agar proses sunat berjalan lancar dan Agha tidak merasakan sakit. Dengan yakin Agha menyatakan siap, maka kami pun juga siap menemaninya.

Total lama tindakan sekitar 30 menit. Sempat kaget saat penyuntikan bius, tapi tidak menangis. Selama tindakan minta main game pinjem hp kakakya. Alhamdulillah lancar, selesai tanpa drama. Selesai sunat mendapatkan lego untuk dibawa pulang, bocahnya tentu saja gembira. Justru emaknya yang agak drama terharu sih, hahaha. Harap maklum, pertama kali mengantarkan anak laki-laki untuk melewati fase sunat ini.

selesai tindakan sunat

Selesai tindakan, berfoto dengan Om dokter dan Om perawat, alhamdulillah lancar.

Dengan metode bipolar, dokternya menyampaikan ini akan minim darah. Lukanya relatif lebih mudah kering, tidak infeksi dan lebih cepat sembuh. Perawatannya juga lebih mudah. Sesudah mandi sekitar luka cukup dibersihkan dengan cairan Nacl dan disemprot antibiotik, kemudian ditutup kembali dengan batok portable yang mudah dilepas pasang (karena hanya diselipkan di celana dalam, fungsinya untuk melindungi sekitaran luka agar tidak tersenggol). Dibekali juga dengan obat anti nyeri untuk diminumkan sesuai dengan dosis. Alhamdulillah sekitar semingguan lukanya bersih. Kekuatan teknologi, beda banget dengan jaman dulu karena kebetulan sekian tahun lalu pernah merawat adik laki-laki yang habis sunat. Masih berdarah-darah, dan proses penyembuhannya lama.

Meski sudah setahun lalu, namun pengalaman ini sangat berkesan bagi saya. Terharu. Rasanya baru kemarin mbrojol dan melihatnya mewek-mewek, ternyata sudah sunat aja sekarang. Seperti mengantarkan anak laki-laki menuju fase baru hidupnya. Saya jadi ingat, mungkin perasaan yang sama yang dirasakan oleh Ibu saya yang hari itu menangis tak henti menyaksikan adik saya disunat. Hanya ibu-ibu yang paham rasanya.

About rinahttps://rinaprilia.wordpress.comhappily married, all time mom, extrovert, badminton, drama, books, indonesia

Leave a comment