Tanggal 3 bulan ini Rahma alhamdulillah genap setahun. Sayang sekali semenjak hari Jumat pekan sebelumnya Rahma kurang sehat, batuk pilek disertai demam yang naik turun. Mengira hanya common cold biasa, maka home treatment pun dilakukan terus dengan harapan virus flu yang nemplok segera pergi.
Tiga hari semenjak demam pertama, nafsu makan Rahma mulai menurun. Rahma yang biasanya berteriak “mamam mamam” saat melihat makanan, hanya diam dan lesu. Minum masih mau walau hanya sedikit. Saya sempat berpikir hal itu disebabkan karena gusi atas Rahma sedikit bengkak akibat munculnya 4 gigi secara bersamaan. Barangkali gusinya tidak nyaman yang berimbas ke hilangnya nafsu makan dan keinginan untuk minum.
Hari keempat, saya memutuskan membawanya ke dokter lantaran nafasnya mulai terdengar agak cepat. DSA menyarankan untuk terapi inhalasi (uap) karena banyaknya dahak di tenggorokan dan saluran napas Rahma. Diberi obat untuk diminum 3 kali sehari. Senin malam pasca inhalasi, demamnya masih juga naik turun. Hiks. Saya yang mulai panik mencoba untuk tetap tenang. Pagi harinya, Rahma benar-benar tak mau makan. Minum benar-benar berkurang dan minatnya untuk menyusu pun turun lantaran kesusahan menghisap karena hidungnya sepertinya buntu.
Saya mencoba untuk googling dan membuka buku Smart Patient-nya dr Wati. Entah kenapa, teringat bayi seorang sahabat saya yang pada saat 9 bulan pernah terkena bronkopneumonia. Beberapa tanda-tanda yang ada pada penderita bronkopneumonia terlihat terjadi pada Rahma: batuk pilek demam naik turun yang tidak mempan dengan home treatment, napasnya cepat (untuk bayi 2-12 bulan >50 kali per menit), terlihat kesulitan bernapas dengan ditandai cekungnya bagian bawah dada. Deg.
Hari keenam, saya memutuskan membawa Rahma ke DSA lagi karena badannya semakin lemas. Sudah inhalasi 2x namun tak ada kemajuan berarti. Saya ingat, hari itu saya membaca artikel di AyahBunda dan dikatakan jika anak sudah tidak mau menyusu, segera bawa ke dokter. Itulah yang terjadi pada Rahma. Kali ini saya membawanya ke dr Muljono Wirjodiardjo, dokter anak spesialis paru-paru di RS Premier Bintaro. Dan benar saja, beliau menginstruksikan untuk opname dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut karena indikasinya ke arah bronkopneumonia.
Singkat cerita, hari Rabu siang itu resmilah Rahma opname di RS. Dilakukan rontgen untuk melihat kondisi paru-parunya dan hasilnya positif bronkopneumonia. Dilakukan cek darah dan hasilnya leukositnya tinggi. Diinfus (ini yang paling tidak tega melihatnya) supaya masuk cairan dan diberikan antibiotik yang disuntikkan lewat infus. Sebagai terapinya, 3x sehari dilakukan inhalasi dan penyinaran serta diterapi manual dengan ditepuk-tepuk baik dada maupun punggungnya. Setelah 2 malam menginap di RS IMC Bintaro, hari Jum’at saya membawa Rahma kontrol kembali ke dr Muljono. Alhamdulillah diperbolehkan rawat jalan namun terapi inhalasi harus dilakukan lagi 1x sehari selama 4 hari berturut-turut.
Rabu pekan depannya saat kontrol kembali alhamdulillah dokter menyatakan Rahma sudah sehat. Nafsu makan sudah kembali normal, minum oke, kembali lahap ketemu ASI, dan kembali ceria. Dr Muljono berpesan untuk senantiasa memberikan makanan dengan nutrisi dan gizi yang cukup, dan untuk daya tahan tubuh boleh diberikan madu ;). Beliau juga mengingatkan kewajiban vaksin-vaksin berikutnya, baik yang anjuran maupun booster.
Kalau mengingat opname kemarin, rasanya sedih pakai banget :(. Masih terbayang wajah ketakutan Rahma tiap ada perawat atau dokter yang mendekat. Trauma sepertinya. Tapi paling sedih, pas ingat Rahma yang lemas dan merem terus tepat sehari sebelum dinyatakan harus opname. Alhamdulillah sekarang sudah sehat. Dan usianya juga sudah lewat setahun. Lalu apa kabar perkembangan setahunnya? ASI alhamdulillah masih terus (dan belum kenalan sama susu tambahan), makan sudah nasi lembek dengan lauk favorit sop sayuran makaroni atau pesmol gurame, hihi. Ngemil favorit roti tawar, berikutnya biskuit. Fasih memanggil “ayaaaah”. Mulai rame kata-katanya, tapi masih belum jelas terbentuk ingin bilang apa. Paling jelas ayah, udah, mamam, nenen dan aaaaa (tiap memanggil kakaknya). Belum berani jalan. Masih lebih suka berdiri sendiri merambat dan memanjat.
Sehat-sehat ya Rahma….