Saya mengenal mas Gagah pada saat awal duduk di bangku SMA. Kala itu, jiwa muda saya yang idealis begitu berkobar-kobar (hoho, lebay :D) mengenal sosok mas Gagah. Terbayang bagaimana rasanya memiliki seorang kakak seperti mas Gagah, dan saya pun terpaksa gigit jari karena nyatanya saya terlahir sebagai anak sulung XD.
Pertama membaca kisah mas Gagah, saya menangis. Lupa, entah baca di majalah Annida, atau di buku hasil meminjam entah punya siapa. Yang jelas, saya menangis tergugu. Seolah saya mengalami apa yang terjadi pada Gita, kehilangan seorang mas Gagah pada saat dirinya mulai ‘dekat’ dengan Islam dan mendapat hidayah. Kali ini, sekian tahun kemudian. Ketika Mas Gagah dicetak ulang dan ceritanya dijadikan novelet oleh mbak Helvy, ternyata rasanya masih sama. Saya masih menangis saat membaca kalimat demi kalimat yang terangkai.
Cerita mas Gagah barangkali sederhana. Tentang hidayah. Yang datang kepada siapa saja, kapan saja. Tapi mbak Helvy mengemasnya dengan sangat cantik dan lebih menyentuh. Dan cerita mas Gagah ini rasanya memang melegenda :D. Beberapa teman mengaku cerpen Ketika Mas Gagah Pergi sangat membekas di hati mereka.
Itu dia penampakan wajah baru KMGP – Ketika Mas Gagah Pergi.
Bacaan saya weekend ini. Sukses membuat saya mbrebes mili di beberapa cerita.
Katanya cerita KMGP ini akan difilmkan. Ya, semoga saja esensi cerita yang di filmkan nanti masih sama dengan esensi tulisannya.
*lanjutbaca*
makasih ya dihadiahi buku ini…
sami2 🙂
Lha kan dah punya mas Gagah sejak ikrar mitsaqon gholidzo itu hehe
Btw ada kiriman buatku tak? *ngarepdotcom*
ahaha 😀
kali ini tak ada, nanti ya umi lain kali hehew
Aku dulu pernah baca juga, tapi lupa2 ingat ceritanya. Pengen beli novelnya, tapi mengingat byk buku yg blm dibaca, pending dulu deh.. hehe
wehehehe
udah agak mengurangi buku nih belakangan ini
space buat nyimpen uda kewalahan
rak juga udah ga muat T___T